Halaman

Jumat, 23 Desember 2011

pengertian pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat

Pengertian Agama Islam




Pengertian Agama Islam

Agama Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. sehingga untuk mengerti / memahami Islam haruslah bersandar kepada informasi dari Allah (Al Quran) dan Nabi Muhammad saw (Hadits). Hanya Sang Pembawa Risalah (Nabi) yang berwenang memberi pengertian tentang agama yang dibawanya. Penilaian seseorang terhadap sesuatu sangat tergantung kepada pengetahuan dan pemahaman orang tersebut kepada sesuatu yang dinilainya. Dalam Al Qur'an Allah berfirman: " wa ma utiitum minal 'ilmi illa qaliilaa " (dan tidaklah Aku memberikan ilmu kepada manusia kecuali sedikit), juga firmanNya yang lain: " innahu kaana dzaluuman jahuula " (sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan bodoh). Oleh karenanya, manusia itu perlu diberi petunjuk dan dibimbing. Allah memberi petunjuk melalui RasulNya, dan Rasul itulah yang memberi bimbingan kepada manusia berdasar wahyu Allah. Manusia diciptakan oleh Allah dan Allah pula yang mengurusnya, bahkan seluruh alam ini. Dengan demikian Islam adalah agama sejak adanya manusia dan syariatnya (aturannya) terus berkembang sesuai perkembangan zaman, hingga akhirnya Allah menyempurnakan agama Islam dengan syariat yang dibawa oleh RasulNya (Muhammad saw) sebagai penutup nabi dan Rasul sebelumnya dan tidak ada lagi nabi maupun Rasul yang diutus sesudahnya. Dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 3 Allah berfirman: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmatKu atasmu dan telah kuridhoi Islam menjadi agamamu". Itulah Agama Allah yakni Islam, agama yang sempurna, yang tidak ada keraguan atasnya. dan barangsiapa yang beragama selain agama Islam maka tidak akan diterima oleh Allah karena agama tersebut bukan Agama Allah.

Unsur-unsur Puisi

Unsur-unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Pancasila, UUD 1945 dan GBHN (4Jpl)

   Pancasila, UUD 1945 dan GBHN (4Jpl)

a.     Diskripsi singkat
Mata pelajaran ini, membahas Pancasila dan pelestariannya, pokok-pokok yang terkandung dalam UUD 1945 serta pokok-pokok GBHN.

b.     Tujuan Instruksional Umum (TIU)
     Setelah mengikuti mata pelajaran ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang pokok-pokok yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945 dan GBHN.

c.     Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
    Setelah mengikuti mata pelajaran ini, peserta dapat melaksanakan butir-butir P-4, pola pelaksanaan dan pengamatan P-4, serta pokok-pokok yang terkandung dalam UUD 1945 dan GBHN.

d.     Pokok Bahasan
1)    Pendahuluan
2)    Pelestarian Pancasila
3)    Butir-butir P-4
4)    Pancasila sebagai odeologi terbuka
5)    Pokok-pokok UUD 1945
6)    Pokok-pokok GBHN

e.     Sub Pokok Bahasan
1)    Pndahuluan
2)    Pelestarian Pancasila :Pengertian-pengertian
n      Lima kunci pokok P-4
n      Eka Prasetya Panca Karsa
3)    Pancasila sebagai ideologi terbuka
n      Nilai dasar ideologi
n      Nilai instrumen
n      Nilai praktis
4)    Pokok-pokok UUD 1945
n      Pembukaan UUD 1945
n      Batang tubuh UUD 1945
n      UUD 1945 dalam gerak pelaksanaannyaa
5)    Pokok-pokok GBHN
n      Pengertian GBHN
n      Proses penyusunan GBHN
6)    Materi GBHN

f.       Metode dan Media
1)    Cermah
2)    Tanya jawab
3)    Diskusi
4)    Observasi (pengamatan)
5)    OHP
6)    Transparan

g.     Daftar pustaka

a.     Diskripsi singkat
Mata pelajaran ini, membahas tentang konsep kewaspadaan kesiapsiagaan mental, ideologi serta berbagai ancaman baik dari golongan ekstrim maupun bahaya laten komunis.

b.     Tujuan Instruksional Umum (TIU)
      Setelah mengikuti mata pelajaran ini, peserta memahami sikap waspada dan siaga untuk emngamalkan Pancasila.

c.     Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
 Setelah mengikuti mata pelajaran ini, peserta mampu menjelaskan adanya sumber macam-macam ideologi yang mengancam kelestarian Pancasila, ancaman dan bahaya laten serta golongan ekstrim lainnya.

d.     Pokok Bahasan
1)    Kondisi yang berpengaruh konsep kewaspadaan nasional
2)    Ancaman dan bahaya laten komunis dan golongan ekstrim.



e.     Sub Pokok Bahasan
1)    Kewaspadaan dalam rangka menghayati dan mengamalkan Pancasila
2)    Kewaspadaan dalam rangka menegaskan UUD 1945
3)    Kewaspadaan dalam rangka melaksanakan Pembangunan.

f.       Metode dan Media
1)    Cermah
2)    Tanya jawab
3)    Diskusi
4)    Observasi (pengamatan)
5)    OHP
6)    Transparan

g.     Daftar pustaka

Matematika dari bahasa Yunani

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola,[2][3] merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.[4]
Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting".[5] Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."[6]
Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen.
Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di India pada tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan baru matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini.[7]
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan.
Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian.[8]

BAHASA KOMPUTER

BAHASA KOMPUTER adalah istilah alternatif dan lebih luas cakupannya dari pada istilah bahasa pemrograman yang biasa digunakan. Bahasa pemrograman merupakan bagian dari bahasa komputer, demikian halnya dengan jenis bahasa lainnya. Contohnya, HTML adalah suatu bahasa markah dan bahasa komputer, tapi secara tradisional tidak dianggap sebagai bahasa pemrograman.
Bahasa komputer pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok: bahasa tingkat tinggi dan bahasa tingkat rendah. Bahasa tingkat tinggi adalah bahasa yang mudah dimengerti oleh manusia, terutama terdiri dari blok-blok kode tereksekusi, yang terutama mengambil keputusan tertentu yang menentukan arah atau alur suatu program. Suatu kompilator mengubah dari bahasa tingkat tinggi ini menjadi kode yang dimengerti oleh komputer. Kebanyakan perangkat lunak modern dibuat dengan bahasa tingkat tinggi, yang dirakit menjadi kode rakitan tingkat rendah, yang selanjutnya dikompilasi menjadi instruksi mesin.

Indonesian (Bahasa Indonesia)

Indonesian (Bahasa Indonesia) is the official language of Indonesia. It is a standardized form of the Riau dialect of Malay, an Austronesian language which has been used as a lingua franca in the Indonesian archipelago for centuries.
Indonesia is the fourth most populous nation in the world. Of its large population, the number of people who fluently speak Indonesian is fast approaching 100%, making Indonesian, and thus Malay, one of the most widely spoken languages in the world.[1]
Most Indonesians, aside from speaking the national language, are often fluent in another regional language (examples include Javanese, Minangkabau and Sundanese) which are commonly used at home and within the local community. Most formal education, as well as nearly all national media and other forms of communication, are conducted in Indonesian. In East Timor, which was an Indonesian province from 1975 to 1999, Indonesian is recognised by the constitution as one of the two working languages (the other being English), alongside the official languages of Tetum and Portuguese.
The Indonesian name for the language is Bahasa Indonesia (literally "the language of Indonesia"). This term can sometimes still be found in written or spoken English. In addition, the language is sometimes referred to as "Bahasa" by English speakers, though this simply means "language" and thus does not technically specify the Indonesian language.